12 Mei 2010

akhlak

Marilah Berakhlak Yang Baik Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku cintai diantara kalian dan yang paling dekat majelisnya dariku di hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian” (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ As-shaghir) Pengertian Akhlak Akhlak berarti tabiat dan sifat. Akhlak merupakan potret batin manusia, yaitu cerminan iman dan kepribadiannya. Akhlak merupakan bukti nyata dari keimanan dan keislaman seseorang. Apabila seseorang berakhlak mulia (akhlâkqul karîmah) maka ia terbukti sebagai seorang mukmin yang baik. Sedangkan apabila seseorang berperangai yang buruk (akhlâqul mazmûmah) maka ia tidak pantas disebut seorang muslim yang baik. Jadi akhlak atau perangai seseorang dapat dijadikan alat ukur bagi kwalitas keimanan dan kamusliman seseorang. Cobalah kita lihat teladan yang mulia, Nabi Muhammad SAW, beliau orang yang paling sempurna Iman-nya sekligus sempurna akhlak-nya. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa “al-khuluqu ‘âdatul irâdah” (akhlak adalah kehendak yang dibiasakan, atau kebiasaan yang dikehendaki). Dengan demikian akhlak merupakan tabiat yang dijadikan kebiasaan yang didasari atau dikehendaki oleh para pelakunya. Ada juga yang menyatakan “al-akhlâqu hiya shifâtul insânil adabiyyah” (akhlak adalah sifat manusia yang beradab). Artinya nilai moral manusia dapat dilihat dari akhlak atau perilakunya sehari-hari. Manusia yang baik adalah yang dapat bertingkah laku sesuai dengan adab-adab agama dan norma-norma kemasyarakatan. Konsep tentang akhlak ini lebih berorientasi pada tindakan atau biasa disebut sebagai "amal shalih". Apabila kita kita beramal shalih berarti kita berakhlak baik, sedangkan apabila kita senang berbuat buruk dan berbuat sia-sia maka kita termasuk orang yang berakhlak buruk. Hubungan Akhlak dan Agama Rasulullah SAW menegaskan: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Oleh karena itu, ketika ditanya apakah yang dimaksud ad-dîn (agama) itu?, Rasulullah SAW dengan tegas menjawab: “ad-dînu husnul khuluq” (agama itu adalah akhlak yang baik). Dari kedua hadist ini dapat kita tangkap bahwa agama Islam memiliki defenisi sebagai akhlak yang baik. Atau dengan kata lain agama Islam berisikan ajaran tentang prinsip-prinsip dan pedoman akhlak yang lengkap. Agar lebih mudah memahami konsep ajaran akhlak dalam Islam, Allah Ta'ala kemudian mengutus Nabi Muhammad SAW. Beliau dijadikan "prototipe" yang paling sempurna dalam hal mengamalkan akhlak islami.Allah Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam: 4). Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud “khuluqin ’azhîm” (akhlak yang agung) pada ayat ini adalah “Dienul Islam” (agama Islam). Jadi berdasarkan ayat ini jelas bahwa Islam adalah agama yang mengatur dan menjelaskan akhlak bagi umat manusia. Terdapat dalam Shahih Muslim bahwa Aisyah rah., ditanya tentang akhlak Nabi SAW., lalu beliau menjawab, “kâna khuluquhul qur’ân” (Sesungguhnya akhlaknya adalah Al-Qur’an). Segala perintah yang terdapat dalam al-Qur’an beliau laksanakan semuanya dan segala larangan yang terdapat dalam al-Qur’an beliau tinggalkan. Syaikh Salim Al-Hilali berkata, “Akhlak Nabi SAW adalah melaksanakan yang dicintai Allah dan diridhai-Nya dan menjauhi apa yang dibenci dan dimurkai-Nya dengan sukarela dan lapang dada”. Kesempurnaan Iman Rasulullah SAW bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi). Hubungan antara akhlak dan iman adalah bahwa akhlak merupakan bukti keimanan seseorang. Semakin baik akhlak seseorang maka menunjukkan semakin kuat imannya. Tidak seorang pun yang pantas mengaku telah beriman sedangkan akhlak atau perangainya buruk, misalnya berperilaku buruk terhadap orang tua, senang menyakiti istri, mengganggu tetangga, menjadi penyakit masyarakat dan malas menjalankan ibadah. Orang semacam ini sama sekali tidak mencerminkan sikap orang yang beriman. Akhlak yang baik adalah amal shalih. Rasulullah SAW bersabda: “tidak ada iman hanya dengan angan (atau omong belaka), tetapi iman adalah keyakinan yang terpatri di hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan” (HR. Ad-Dailamy). POTRET GENERASI MASA KINI Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baiknya kalian adalah kurun-ku (generasi pada masa-ku), kemudian generasi yang berikutnya dan generasi yang berikutnya lagi" (H.R. Al-Bukhari, no. 2651, dan Muslim, no. 4603). Hadits ini secara umum memberikan dua gambaran bahwa, pertama, generasi Islam yang terbaik itu adalah di masa hidupnya Rasulullah SAW bersama para sahabatnya yang setia, kemudian diikuti oleh para Tâbi'în dan generasi pengikut para tabi'in (Atbâ'ut-Tâbi'în). Generasi inilah yang disebut dengan Salâfus-Shâlih, Salâful-Ummah, atau generasi yang utama (Mufadhdhil). Oleh karena itu, generasi inilah yang mesti kita jadikan teladan dan wajib kita jadikan rujukan dalam rangka menata kehidupan generasi Islam dewasa ini. Kedua, secara tidak langsung hadits ini "seolah-olah" memberi isyarat bahwa akan tiba masanya dimana generasi Islam yang lahir tidak lagi sebaik generasi awal (Salâfus-Shâlih). Atau mungkin hadits ini memberikan "lampu kuning" bahwa akan datang suatu masa dimana generasi Islam akan bertolak belakang dengan generasi Salâful-Ummah. Untuk lebih jelasnya mari kita simak Firman Allah Ta'ala berikut ini: "….dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka serta-merta tersungkur, bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui "Ghayyan" (kesesatan yang nyata)" (Q.S. Maryam: 58-59). Setelah sebelumnya Allah Ta'ala menggambarkan generasi yang shalih yakni generasi yang menyatu jiwa dan raganya untuk taat kepada Allah. Ketika disampaikan ayat-ayat-Nya kepada mereka, maka seketika itu pula hati mereka bergetar seraya bersujud tunduk kepada Allah Ta'ala. Kemudian Allah Ta'ala mengalamatkan bahwa akan datangnya generasi yang jelek setelah itu. Generasi yang jelek ini ditandai dengan dua ciri pokok, yakni (1) Mereka menyia-nyiakan shalat (adhâ'us-shalâh) dan (2) Memperturutkan hawa nafsunya (ittaba'usy-syahawât). Menurut Ibnu Mas'ud ra., yang dimaksud menyia-nyiakan shalat adalah "menyia-nyiakan waktu shalat". Dari menyia-nyiakan waktu shalat ini kemudian akan meninggalkan shalat sama sekali. Selanjutnya Ibnu Mas'ud berkata: "Kalian (para sahabat) sedang berada pada zaman dimana hawa nafsu tunduk kepada kebenaran. Namun akan datang sesudah zaman ini dimana kebenaran akan tunduk kepada hawa nafsu, maka dari itu kita berlindung dari datangnya zaman tersebut (na'ûdzubillâhi min dzâlikaz-zamân)" (Tafsîr Al-Qurthûbî). Kaitannya dengan "memperturutkan hawa nafsu", Mujahid mengungkapkan, "Bahwa menjelang akhir zaman kelak, orang-orang shalih dari ummat Muhammad menjadi langka dan orang-orang lebih mengedepankan hawa nafsunya. Kerjaan mereka berkerumun di al-azqah (gang-gang atau pojok-pojok jalan)". Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir bahwa Mujahid berkata: "Mereka mengumbar syahwat di jalan-jalan seperti binatang dan keledai. Mereka tidak takut kepada Allah dan tidak malu dengan sesama manusia" (Tafsîr Ibnu Katsîr, Juz 5, hlm. 183). Ketahuilah kelak bahwa mereka akan menemui kesesatan yang nyata (Ghayyan). Ibnu Mas'ud ra., menjelaskan bahwa "ghayyan" adalah lembah di neraka jahannam yang dasarnya sangat dalam dan berbau busuk. Potret Generasi Masa Kini Kepada para pembaca berikut segenap saudara kami kaum muslimin, kami mengajak mari kita jadikan ayat diatas sebagai "lensa" untuk memotret bagaimana keadaan generasi kita pada masa kini. Apakah generasi kita masih sebaik generasi Salâful-Ummah?; atau setidaknya kita masih berupaya untuk tetap meniti jejak-jejak mereka?; atau sebaliknya generasi kita telah terpuruk pada generasi yang jelek seperti gambaran diatas?. Wallâhu a'lam, kami tidak berani memvonis, tetapi marilah kita mawas diri, merenung dan merefleksi secara jujur bagaimana sesungguhnya keadaan dan fenomena generasi kita saat ini. Dalam pemandangan keseharian secara kasat mata kita dapat menyaksikan fenomena masyarakat yang hanya disibukkan dengan urusan dunia dan tenggelam dengan hiburan. Mereka melalaikan shalat dan menganggapnya sebagai hal yang tidak begitu penting. Lebih parah lagi lahir generasi muda yang telah kehilangan identitas keislamannya sebagai akibat dari proses modernisasi. Generasi muda yang malas beribadah dan yang dicari hanya hiburan, senangnya nongkrong di prapatan, di pinggir-pinggir jalan, nonton film dan menyesaki tempat-tempat konser. Benak mereka dipenuhi oleh khayalan, pacaran dan hiburan. Kemudian lahirlah genersi yang cengeng, pemalas dan memperturutkan hawa nafsu. Mereka rela berkorban apapun untuk memburu hiburan. Jiwanya telah kecanduan dan ketergantungan pada hiburan, sehingga akibatnya tidak bisa lagi diajak berfikir serius, tidak bisa diajak merenung dan berfikir mendalam. Akhirnya -malang tak dapat ditolak- telah tiba generasi yang jelek yang memperturutkan hawa nafsunya. Seperti beberapa berita atau informasi yang telah dilansir diberbagai media belakangan ini, dikabarkan bahwa: (a) Indonesia menduduki peringkat ke-7 di dunia sebagai negara yang paling banyak mengakses situs porno di Internet, yang mayoritas penikmatnya adalah kalangan remaja; (b) Indonesia menduduki peringkat ke-2 di dunia tempat yang paling subur beredarnya media-media porno setelah Amerika Serikat; (c) Laporan pada media nasional dinyatakan bahwa hingga 80 % Pelajar dan Mahasiswa di Jogjakarta telah berinterksi dengan narkoba dan hingga 90 %-nya telah terjebak dalam seks bebas; (d) Sebelumnya juga dilaporkan di media lokal bahwa hingga 35 % remaja Lampung sudah berkenalan dengan aktivitas seks bebas, mulai dari ciuman dan seterusnya; (e) Telah terjadi akselerasi (percepatan) pendewasaan seksual pada anak-anak, sebagai dampak dari berbagai totonan, hiburan dan bacaan yang menampilkan porno-aksi dan pornografi. Sehingganya kendatipun masih kanak-kanak mereka sudah belajar melampiaskan hasrat seksualnya. (na'ûdzubillâhi min dzâlik). Untuk itu, mari kita perbaiki kehidupan ini dengan mengarahkan anak-anak kita ke jalan yang benar yang sesuai dg bimbingan agama yang lurus karena generasi muda adalah generasi harapan bangsa. Apa jadinya jika para pemuda ahlaknya menjadi bobrok karena pergaulan yang tidak benar??? Mari saudaraku....mulai dari keluarga tercinta kita,jangan takut, Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang benar-benar percaya dan meyakininya dan InsyaAllah akan di cukupi kebutuhanya di dunia ini. ”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi...(QS AL- A’RAF 7: 96) Saudaraku...semua belum terlanjur, tiada yang terlambat selama ruh ini masih berada di dalam jasad. Kadang manusia sering lupa Dengan kealpaan dia merasa Jatuh tersungkur dalam deraian air mata ketakutan Kepada Allah, dan ada yang menertawai Allah Tiada tau krn kejahilan, tau dan tidak mau tau, gembiralakanlah bagi orang yang sombong dan tiada penolong dengan azab yang pedih bahagia yang kekal bagi orang yang beriman serta beramal sholeh dan bisa menerima kebenaran dan mengakui adanya pahala dan ganjaran yang diberikan reference by : (forum silautarahim takmir masjid) forsitam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan masukan komentar anda